Sunday, February 13, 2011

HISTORIOGRAFI MINAHASA : Tinjauan Ringkas [2]

Oleh  Y.B. Tangkilisan dan  M.P.B. Manus


Suatu upaya  yang lebih serius dalam menyusun kembali masa lampau Minahasa adalah karya dari Bert Supit (1986; 1993). Pada karyanya yang pertama, penulis itu mencoba merangkaikan dan mengikiskan perjalanan etnik Minahasa dari pertemuan di watu Pinawetengan, yang diyakini sebagi ikrar minaesaan atu persatuan, hingga pecahnya Perang Tondano. Penekannya lebih pada dimensi politik terutama dalam hal persentuhan Minahasa dengan kekuatan luar yang datang yakni VOC Belanda, terutama mengenai perdebatan di sekitar perjanjian-perjanjian yang dilakukan antara Minahasa dan Belanda. Sandaran utama pembahasan adalah mengenai keabsahan perjanjian yang dilansir oleh R. Padtbrugge dan yang dikenal dengan Perjanjian 1679. Suatu Seminar diselenggarakan untuk membahas karya tersebut. Peristiwa Perang Tondano kemudian dikaji secara tersendiri dalam karyanya yang kedua. Selain itu, beberapa karya lainnya yang dapat ditelusuri lebih lanjut adalah terbitan resmi dari Ditjarahnitra Dirjenbud Depdikbud (Parengkuan et al 1984; Proyek 1977) dan penulisan oleh B. Wowor (1985). Pada karya-karya mereka periode penulisan telah melangkai masa kolonial. Suatu karya sejarah yang serius dalam kerangka analisi politik adalah karya B.S. Harvey (1977) mengenai Permesta, yang nantinya mendapat mitra tandingannya pada era 90-an.

Secara umum, penulisan sejarah Minahasa pada kurun waktu itu bersifat menggali dan menyusun kembali atau rekonstruksi perjalanan etnik Minahasa di masa lampau. Terkecuali sejumlah nama, penulis-penulisnya relatif tidak memiliki latar belakang akademik Ilmu Sejarah. Selain itu, perhatian dan tema penulisan masih di sekitar peristiwa besar dan menonjolkan dimensi politik. Boleh dikatakan bahwa tidak ada karya sejarah ekonomi yang muncul ketika itu. Namun sentrisme penulisan telah meninggalkan ciri kolonial yang digantikan nasional sentris, seperti yang tampak pada periodisasi dan semangat jaman yang digunakan.

Upaya mengarah pada Minahasa-sentrisme timbul  pada dekade 90-an, yang tampak pada karya-karya Leirissa (1991; 1997), Schouten (1993) dan Henley (1995). Pokok  bahasan kesemua karya ini sangat bervariasi, yakni mulai dari Peristiwa Merah Putih, Permesta (mengkaji ulang  karya harvey [1977] ), kepemimpinan dan nasionalisme regional. Pendekatan dan kerangka  analisa yang digunakan pun beragam mulai dari Ilmu Sejarah, Antropologi dan Geografi Sosial dan Politik. Ketiga karya itu mengetengahkan permasalahan yang masih relevan di masa kini seperti revolusi kemerdekaan di daerah, hubungan pusat dan daerah, competitive advantages dalam hal kepemimpinan lokal dan masalah kebangsaan.

Khusus tentang Permesta, suatu gejolak yang sangat multidimensi dan kompleks dalam hal sebab musabab dan dampaknya, suatu karya yang menggunakan perspektif dan kontekstual yang berbeda dari karya-karya serupa sebelumnya adalah karya dari Kahin & Kahin (1995 dan diterjemahkan pada tahun 1997). Karya tersebut mencoba menyingkap keterlibatan Amerika Serikat, terutama badan kegiatan rahasianya CIA, dalam peristiwa tersebut bersama-sama dengan PRRI. Menempatkan suatu peristiwa lokal dalam konteks internasional barangkali suatu hal yang tidak banyak dilakukan oleh penulis-penulis sebelumnya. Juga hal tersebut menunjukkan bahwa persentuhan dan jangkauan Minahasa telah merambah  jaringan global, seperti halnya kopi Minahasa di pasar lelang Amsterdam dan Petisi para pemimpin Minahasa ke Majelis Rendah Parlemen Negeri Belanda.

Sebagai bagian dari pembahasan dalam karya-karya tersebut, kondisi dan potensi ekonomi tak luput dari perhatian. Kekuatan ekonomi agraris merupakan andalan daerah Minahasa, terutama kopra selain cengkeh dan pala. Tema sejenis ini masih belum banyak digarap dan disebarluaskan ke kalangan masyarakat, terutama masyarakat Minahasa agar menjadi refleksi untuk menggapai kemajuan di masa mendatang.

Catatan Penutup   
Gambaran historiografi Minahasa ini belum mencakup keseluruhan kazanah pustaka tentang sejarah Minahasa seluruhnya. Namun karya-karya tersebut di atas, merupakan tonggak pencapaian pada historiografi Minahasa.

Memang seperti yang tampak pada dekade akhir-akhir ini, justru penulisan sejarah Minahasa dilakukan oleh akdemisi luar Minahasa dan belum diterbitkannya suatu kajian tentang sejarah ekonomi Minahasa.

Kecenderungan hitoriografi global hingga dekade akhir di era milenium kedua menunjukkan  masih kuatnya perhatian pada sejarah ekonomi. Kazanah hitoriografi daerah dan wilayah lain telah memperlihatkan pengaruh kecenderungan tersebut. Untuk itu, penulisan sejarah ekonomi Minahasa seyogyanya perlu dipertimbangkan untuk segera diantisipasi terutama oleh generasi muda akdemisi Minahasa. Apalagi dalam upaya melangkah ke masa globalisasi dan mengingat letak geografis Sulawesi Utara adalah tapal depan Indonesia di kawasan Pasifik, pengetahuan dan refleksi ekonomi diperlukan tidak hanya untuk menggali potensi sumber daya alam, namun pula untuk memperlihatkan tahap-tahap kemajuan atau pencapaian yang telah diraih untuk dijadikan ancang-ancang merencanakan program pembangunan berikutnya seraya mengantisipasi peluang pengembangan mendatang. Menyitir judul karya historiografi Klooster (1985), memang sudah seharusnya De Minahassers schrijven hun geschiedenis. [ selesai ]

Daftar Pustaka
Barners, Harry Elmers A History of Historical Writing Oklahoma, 1937.

Breisach, Ernst. Historiography: Ancient, Medieved & Modern. The University of Chicago Press, Chicago, 1983.

Bertling, C.T. “Gronbezit in de Minahassa.” Koloniale Studien, 12, 2, 1928.

Godee-Molsbergen, E.C. Geschiedeenis van de Minahasa tot 1929, Landsdrukkerij, weltevreden, 1928.

Graafland, Nicholas. Minahasa: Negeri, Rakyat, dan Budayanya, terj. Edisi 1869, Grafiti & Yayasan Parahita, Jakarta, 1991.

Harvey, Barbara Sillars. Permesta: Pemberontakan Setengah Hati, Terj. Edisi 1977, Grafitipers, Jakarta, 1984.

Henley, David Nationalism and Regionalisme in a Colonial Context: Minahasa in the Dutch East Indies, KITLV Press, Leiden, 1995.

Kahin, Audrey R & George McT. Kahin. Subversi sebagai Politik Luar Negeri: Menyingkap Keterlibatan CIA di Indonesia. terj. edisi 1995, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1997.

Lapian, A.B. “Tjahaja Sijang” di tengah-tengah Pers Sulawesi Utara 1869 – 1942.” Dalam Abdurrachman Surjomihardjo (red.). Beberapa Segi Perkembangan Sejarah Pers di Indonesia, Deppen RI-Leknas LIPI, Jakarta, 1980.

------- , “Perebutan Samudra: Laut Sulawesi pada abad XVI dan XVII.” Prisma, 11, 1984.

------, “Gerakan Kristen Revolusioner sampai 1942.” Prisma, 11, 1985.

Leirissa, Richard Zakaria. PRRI Permesta Strategi Membangun Indonesia tanpa Komunis. Grafiti pers, Jakarta, 1991.

-------, Minahasa di Awal Perang Kemerdekaan Indonesia Peristiwa Merah Putih dan Sebab-Musababnya. Penerbit sinar Harapan & Yayasan Malesung Rondor, Jakarta, 1997.

Palm, Hetty. “Ancient Art of the Minahasa.” Majalah untuk Ilmu Bahasa, Ilmu Bumi, dan Kebudayaan Indonesia, LXXXVI, 1958.

Parengkuan, F.E.W. et al. Sejarah Perlawanan terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Sulawesi Utara. Depdikbud, Jakarta, 1984.

Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan daerah. Sejarah Daerah Sulawaesi Utara. Depdikbud, Jakarta, 1977.

Schouten, Mieke. Minahasa and Bolaang Mongondow An Annotated Bibliography 1800-1942, Martinus Nijhoff, the Hague, 1981.

-------, Minahasan Metamorphoses Leadership and Social Mobility in a Southeast Asian Society, c. 1680 – 1983, Vrije Universiteit te Amsterdam, Amsterdam, 1993.

Supit, Bert. Minahasa dari Amanat Watu Pinawetengan hingga Gelora Minawanua, Penerbit Sinar Harapan, Jakarta, 1986.

------, Perang Tondano. Lembaga Penelitian Sejarah dan Masyarakat, Jakarta, 1993. Watuseke,  F.S. Sejarah Minahasa, t.p., Manado, 1968.

------, “Hukum and other Administrative Terms in the Language of Minahasa” BKI, 142, 2e en 3e, 1986.

Wessels, L. “De Gouvernement Koffiekultuur in de Minahassa.” TNI, 22, 1891.

Wilken, G.A. “Het Landbezit in de Minahassa.” MNZG, 17, 1873.

Wowor, Ben. Sulawesi Utara Bergolak. Edisi kedua, Badan Penerbit Alda, Jakrta, 1985.

No comments:

Post a Comment